Scholarium LP3ES adalah inisiatif digital terbaru dari Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) yang bertujuan untuk menyapa generasi muda dan memperluas jangkauan intelektual di era digital. Nama Scholarium berasal dari kata scholarly (keilmuan) yang mencerminkan semangat LP3ES dalam menyebarluaskan pemikiran kritis, kajian akademik, dan analisis berbasis data kepada publik. Sejak didirikan pada tahun 1971, LP3ES telah menjadi salah satu lembaga pemikir (think tank) terkemuka di Indonesia yang berperan dalam mengembangkan wacana intelektual, penelitian kebijakan publik, serta advokasi sosial dan politik. Sejumlah tokoh besar seperti Sumitro Djojohadikusumo, Emil Salim, Nono Anwar Makarim, Ismid Hadad, M. Dawam Rahardjo, Daniel Dhakidae, Aswab Mahasin, dan Amir Karamoy. Dalam perjalananya semakin banyak nama besar yang terlibat, termasuk Soedjatmoko, Taufik Abdullah, Nono Anwar Makarim, SB Judono, Dorodjatun Kuntjara-Jakti, Arief Budiman, Adnan Bujung Nasution, Harlan Bekti, Jusuf Jonodipuro, Sjahrir, Abdullah Sjarwani, Manuel Kaisiepo, Rustam Ibrahim, Imam Ahmad, dan Ison Basuni.
Tak hanya itu, di kemudian hari LP3ES juga menjadi tempat bagi para pemikir seperti Ignas Kleden, Abdurrahman Wahid, Ong Hok Ham, Farhan Bulkin, Ismed Natsir, Djohan Effendi, Fachry ali, dan Vedi Hadiz. Kesemua tokoh disebutkan ini pernah menjadi bagian dari LP3ES, memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk pemikiran kritis di Indonesia.
Di masa Orde Baru, LP3ES dikenal sebagai lembaga yang kritis namun tetap mampu memberikan masukan berharga kepada pemerintah. Pasca reformasi, LP3ES tetap bertahan sebagai pusat kajian yang progresif, melakukan penelitian, penerbitan buku dan jurnal, serta advokasi sosial-ekonomi untuk memperkuat demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu warisan intelektual LP3ES yang paling berpengaruh adalah Jurnal Prisma, yang sejak tahun 1970-an hingga kini menjadi referensi utama bagi banyak akademisi, aktivis, dan pengambil kebijakan.
Seiring dengan perkembangan zaman, LP3ES terus beradaptasi dengan berbagai inovasi komunikasi untuk tetap relevan dan menjangkau lebih banyak kalangan. Digitalisasi bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan dalam menyebarluaskan ide, gagasan, dan hasil riset kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, LP3ES membentuk Divisi Sosial Media dengan Scholarium LP3ES sebagai identitasnya, menghadirkan berbagai format konten yang menarik dan mudah diakses oleh publik. Kami memanfaatkan berbagai platform digital dengan strategi yang berbeda sesuai dengan segmentasi audiens: YouTube untuk podcast dan monolog yang membahas isu-isu mendalam, Instagram & Facebook untuk infografis dan video reels yang menyederhanakan informasi kompleks, TikTok untuk video pendek yang menyasar anak muda dengan gaya santai dan interaktif, serta Website yang menjadi ruang bagi artikel esai, resensi buku, dan analisis mendalam.
Tim sosial media LP3ES terdiri dari peneliti, analis, jurnalis, dan kreator muda yang berkomitmen untuk menyajikan konten berbasis data dan kajian ilmiah dengan pendekatan kreatif. Dengan kolaborasi antara para senior dan tim muda yang inovatif, divisi ini menggabungkan pengalaman panjang LP3ES dalam riset dengan semangat baru dalam dunia digital. Kami percaya bahwa perubahan sosial dimulai dari gagasan, dan di era digital ini, gagasan perlu disebarluaskan dengan cara yang lebih cepat, luas, dan efektif. Scholarium LP3ES adalah bagian dari perjalanan panjang kami dalam membangun masyarakat yang kritis dan berdaya, sekaligus memastikan bahwa warisan intelektual LP3ES tetap hidup dan relevan di masa depan.
Find some desired keywords.